Dalam buku “Toxic People” (1995), Toxic Relationship diartikan sebagai “segala bentuk hubungan (antarorang) yang tidak saling mendukung, terdapat konflik di mana salah satu di antaranya berusaha merusak yang lain, terdapat kompetisi, dan tidak ada rasa hormat maupun kekompakan.”-Dr. Lillian Glass-
Kaum Milenial biasanya menggunakan istilah "toxic" ini untuk menyebut teman2 mereka yang sirik, kepo, dan suka membicarakan kejelekan orang lain atau untuk mereka yang suka ngomong kotor. Isitilah ini ditujukan kepada mereka-mereka yang dirasa telah memberikan pengaruh buruk dan tidak menunjukkan sikap positif.
Bertemu pribadi yang "toxic" tentu membuat tidak nyaman. Mungkin pelaku tidak melakukan kekerasan fisik (misal: memukul, menendang, dll), tetapi bisa saja melakukan Kekerasan Simbolik (apa itu? Butuh pembahasan khusus), kekerasan verbal (berkata kasar/ kotor, menyindir), bisa juga dengan perilaku manipulatif seperti melakukan paksaan, kecurigaan, tingkah laku mengontrol, dan pengabaian.
Menurut web resmi dari Mental Health, inilah ciri-ciri yang dialami seseorang ketika sedang terjebak dalam Toxic Relationship:
1. Merasa diri tidak cukup baik, apapun yg dilakukan salah
2. Tidak bisa jadi diri sendiri, karena takut salah
3. Harga diri kerap dijatuhkan
4. Sering disalahkan karena dianggap jadi sumber masalah
5. Mulai menarik diri dari lingkungan sosial
(sumber: google)
Suatu nasihat yang baik mengajarkan bahwa; "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik".
Bagaimanapun, dengan siapa seseorang bergaul secara langsung maupun tidak langsung akan mendapatkan pengharuh, karena dalam suatu hubungan pasti ada timbal balik.
Dengan demikian perlu diperbanyak bergaul dengan orang yang membangun iman, teman yang bisa diajak berbagi ilmu dan menambah wawasan, saling mengasihi serta bisa saling support.
Menghindari orang atau teman yang termasuk dalam kategori "toxic peeson" tentu saja. BUKAN KESALAHAN. Meskipun berarti membenci "toxic people", tetapi menarik diri lebih baik, bukan berarti tidak peduli, tetapi lebih baik mendoakan.
Dan jangan lupa untuk selalu introspeksi diri:
"am I a toxic person?"
Komentar
Posting Komentar