Dalam buku “Toxic People” (1995), Toxic Relationship diartikan sebagai “segala bentuk hubungan (antarorang) yang tidak saling mendukung, terdapat konflik di mana salah satu di antaranya berusaha merusak yang lain, terdapat kompetisi, dan tidak ada rasa hormat maupun kekompakan.” -Dr. Lillian Glass- Kaum Milenial biasanya menggunakan istilah "toxic" ini untuk menyebut teman2 mereka yang sirik, kepo, dan suka membicarakan kejelekan orang lain atau untuk mereka yang suka ngomong kotor. Isitilah ini ditujukan kepada mereka-mereka yang dirasa telah memberikan pengaruh buruk dan tidak menunjukkan sikap positif. Bertemu pribadi yang "toxic" tentu membuat tidak nyaman. Mungkin pelaku tidak melakukan kekerasan fisik (misal: memukul, menendang, dll), tetapi bisa saja melakukan Kekerasan Simbolik (apa itu? Butuh pembahasan khusus ), kekerasan verbal (berkata kasar/ kotor, menyindir), bisa juga dengan perilaku manipulatif seperti melakukan paksaan, kecurigaan, tingkah laku men
Jatuh cinta pada seseorang yang tidak tepat memang menyakitkan. Ketika hati sudah berharap, ternyata tidak memungkinkan untuk bersama, seperti dah terlanjur masukin obat ke mulut, tetapi air di botol minum habis, dan pas lari-lari cari air, tu obat udah meleleh di lidah... pahiittttttttt Kalo udah begitu mau apa, menyalahkan dia? Kenapa sudah tau tidak mungkin masih mempersilahkan kita masuk, atau protes kenapa sikapnya membuat berharap..?? Ahh sudahlah menurut gw, itu hanya usaha mengasihani diri sendiri dan meminta orang lain untuk ngerti dan memahami apa yang sedang kita rasakan. Dari pada sibuk meratap, lebih baik move on ajalah. Toh hidup tidak berhenti hanya karena hati hancur berkeping-keping. Bisa koq waktu menyusunnya kembali. Meski menjalani hidup dengan perih itu bagai bergerak, tapi tanpa nyawa. I’s ok lah dari pada do nothing trus merenung sambil bertanya-tanya kenapa dan kenapa, lebih baik melangkah maju, at least bisa terlalui satu hari tanpa mikirin dia.